Inovasi Mahasiswa KKN Unsoed: Intensifikasi Pekarangan dan Aquaponik di Limbasari

Limbasari, Selasa, 28 Januari 2025 – Mahasiswa KKN Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang ditempatkan di Desa Limbasari mengadakan dua program utama, yaitu Intensifikasi Pekarangan dan Aquaponik. Kedua program ini merupakan bagian dari upaya mahasiswa KKN untuk meningkatkan perekonomian desa melalui pemenuhan pangan bergizi secara berkelanjutan. Pemilihan kedua program ini didasarkan pada kondisi Desa Limbasari, yang memiliki banyak pekarangan rumah dan kolam ikan, menjadikannya lokasi yang ideal untuk penerapan kedua metode tersebut. Program Intensifikasi Pekarangan bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman yang dapat mendukung ketahanan pangan, sementara program Aquaponik menggabungkan budidaya ikan dan tanaman dalam satu ekosistem yang saling mendukung, memanfaatkan kotoran ikan sebagai pupuk alami untuk tanaman. Kedua program ini diharapkan dapat menjadi solusi inovatif bagi masyarakat Desa Limbasari untuk menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan.
A. Intensifikasi Pekarangan
Intensifikasi Pekarangan merupakan salah satu program unggulan yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN Universitas Jenderal Soedirman di Desa Limbasari, sebagai bagian dari upaya memajukan ekonomi desa dan mendukung keberlanjutan pangan gizi. Program ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan pekarangan rumah melalui penanaman tanaman pangan yang bernilai gizi tinggi, sesuai dengan potensi dan kondisi masyarakat Desa Limbasari.
Pelaksanaan program ini berlangsung pada tanggal 13, 14, dan 15 Januari 2025, di pekarangan rumah Ketua Gapoktan Desa Limbasari, Bapak Nawawi. Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat, perangkat desa, dan ibu-ibu anggota PKK. Hadir dalam acara ini antara lain Bapak Nawawi (Ketua Gapoktan), Bapak Abdi (Wakil Gapoktan), Mas Anam (perwakilan Karang Taruna), Bapak Muhasin (Kadus I), Bapak Adi Ismanto (Kadus II), Bapak Iskandar (Kadus III), serta masyarakat Desa Limbasari.
Fokus utama kegiatan intensifikasi pekarangan adalah penanaman tanaman cabai menggunakan media tanam yang diolah secara optimal. Kegiatan ini terdiri dari tiga tahapan utama: persiapan media tanam, proses pengendapan tanah, dan penanaman bibit cabai beserta sosialisasi kepada masyarakat.
Persiapan Media Tanam (13 Januari 2025)
(Pencampuran media tanam tanah, pupuk, dan sekam)
Media tanam disiapkan dengan mencampur tanah, pupuk kandang, dan sekam padi dalam perbandingan 2:1:1. Campuran ini diaduk sebanyak tiga kali hingga homogen, memastikan distribusi nutrisi merata. Setelah itu, media tanam dipindahkan ke polybag untuk siap digunakan.
Proses Pengendapan Tanah (14 Januari 2025)
Media tanam yang telah dicampur didiamkan selama sehari untuk proses pengendapan. Proses ini bertujuan memastikan kestabilan struktur fisik dan pemerataan nutrisi dalam media tanam. Selain itu, pengendapan memungkinkan gas berbahaya seperti amonia dari pupuk kandang menguap, mengurangi potensi panas berlebih akibat reaksi kimia, dan menyesuaikan tingkat kelembapan media tanam agar ideal untuk pertumbuhan tanaman cabai.
Penanaman Bibit Cabai dan Sosialisasi (15 Januari 2025)
(Kegiatan menanam bibit cabai bersama masyarakat dan sosialisasi intensifikasi pekarangan oleh Mahasiswa KKN Unsoed)
Pada hari ketiga, dilakukan kegiatan penanaman bibit cabai bersama masyarakat, tokoh desa, dan perangkat desa. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi mengenai manfaat dan teknik intensifikasi pekarangan yang disampaikan oleh mahasiswa KKN. Setelah itu, dilakukan penanaman bibit cabai di polybag, dengan total sebanyak 41 bibit cabai berhasil ditanam di pekarangan rumah Bapak Nawawi.
B. Aquaponik
Aquaponik adalah metode budidaya tanaman dan ikan yang saling terintegrasi, di mana kotoran ikan digunakan sebagai sumber pupuk alami untuk tanaman. Dalam sistem ini, hasil kotoran atau sisa pakan ikan menjadi nutrisi bagi pertumbuhan tanaman, sementara tanaman berfungsi sebagai filter yang membersihkan air dari kotoran tersebut. Air yang keluar dari sistem aquaponik menjadi lebih bersih dibandingkan dengan air yang masuk. Keunggulan utama dari sistem aquaponik adalah penggunaan kotoran ikan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan, menghasilkan produk pertanian organik tanpa bahan kimia tambahan (Graber & Junge, 2009; Pattillo, 2017).
Penerapan sistem aquaponik di Desa Limbasari masih jarang, sehingga program ini dapat menjadi inovasi baru bagi masyarakat setempat untuk bercocok tanam secara lebih efisien dan ramah lingkungan. Kegiatan aquaponik diadakan di rumah Bapak Abdi, Wakil Gapoktan Desa Limbasari, dan berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 17, 18, hingga 19 Januari 2025. Program ini terbagi dalam tiga kegiatan utama: Persiapan Instalasi Aquaponik, Penanaman Bibit ke Media Tanam, dan Sosialisasi. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bapak Nawawi (Ketua Gapoktan), Bapak Abdi (Wakil Ketua Gapoktan), Bapak Muhasin (Kadus I), Bapak Iskandar (Kadus III), serta ibu-ibu kader PKK.
Persiapan Instalasi Aquaponik (17-18 Januari 2025)
(Kegiatan Persiapan Instalasi Aquaponik oleh Mahasiswa KKN Universitas Jenderal Soedirman)
Pada 17 Januari, dimulai dengan pembelian bambu berukuran 6 meter untuk penopang media tanam yang akan diletakkan di atas kolam berukuran 6 meter. Media tanam yang digunakan terdiri dari 70 gelas plastik dan 35 botol plastik ukuran 1,5 liter. Pada 18 Januari, dilakukan pembuatan lubang di botol plastik, masing-masing dengan dua lubang untuk menampung gelas plastik. Di bagian belakang botol juga diberi lubang untuk memungkinkan aliran air dari botol kembali ke kolam. Selanjutnya, paralon berukuran 4 meter dipasang dengan lubang yang sesuai jumlah botol plastik. Instalasi pompa air juga dipasang untuk mengalirkan air dari kolam ke paralon.
Penanaman Bibit dan Sosialisasi (19 Januari 2025)
(Kegiatan pemasangan media tanam aquaponik ke kolam, pemindahan bibit kangkung bersama warga, dan sosialisasi terkait penerapan aquaponik)
Pada 19 Januari, dilakukan pemindahan bibit tanaman kangkung ke media tanam berupa gelas plastik dan botol plastik. Kangkung dipilih karena memiliki kemampuan untuk menyerap amonia yang dihasilkan ikan, menjaga kualitas air agar tetap baik untuk pertumbuhan ikan. Penelitian (Dauhan, Efendi, & Suparmono, 2014) menunjukkan bahwa tanaman kangkung dapat menyerap amonia sebanyak 58,57 mg/liter, menjadikannya tanaman yang efektif dalam sistem aquaponik.
(Media tanam aquaponik yang sudah ditanami bibit kangkung)
Sebanyak 70 bibit kangkung berhasil dipindahkan dan ditanam dalam media tanam yang telah disiapkan.
Setelah penanaman, kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi dan panduan terkait sistem aquaponik yang diberikan oleh mahasiswa KKN Unsoed, yaitu Fira dan Putri. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada masyarakat tentang manfaat dan cara kerja sistem aquaponik. Kegiatan aquaponik diakhiri dengan sesi foto bersama yang melibatkan mahasiswa KKN Unsoed, tokoh masyarakat, perangkat desa, serta ibu-ibu kader PKK sebagai bentuk dokumentasi dan kenang-kenangan atas keberhasilan kegiatan tersebut.
(Foto bersama kegiatan Intenfisikasi Pekarangan dan Penanaman Cabai mahasiswa KKN Universitas Jenderal Soedirman, Kepala Dusun 1-3, Ketua dan Wakil Gapoktan, serta ibu-ibu PKK)
(Foto bersama mahasiswa kegiatan Penerapan Sistem Aquaponik KKN Universitas Jenderal Soedirman, Kepala Dusun 1, Kepala Dusun 2, Wakil Ketua Gapoktan dan ibu-ibu PKK)
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin